Pemerintah Kabupaten Kubu Raya menggelar Upacara Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei 2018, di halaman Kantor Bupati Kubu Raya, Senin (21/5). Berlaku sebagai Pembina Upacara, Wakil Bupati Kubu Raya Hermanus, yang berkesempatan membacakan sambutan Menteri Komunikasi dan Informasi RI, Rudiantara.
Dalam sambutannya, Menkominfo mengingatkan masyarakat Indonesia untuk bijak dalam menggunakan media sosial, sebagai makna kebangkitan tekhnologi dan informasi. Menyoroti fenomena yang sedang terjadi di Indonesia saat ini dimana media sosial banyak digunakan untuk menyebarkan hasutan dan kebencian yang berpotensi memecah belah persatuan dan kesatuan di Indonesia.
“Kita merasakan bahwa ada kekuatan-kekuatan yang berusaha merenggangkan ikatan sapu lidi kita. Kita disugui hasutan-hasutan yang membuat kita bertikai dan tanpa sadar mengiris ikatan yang sudah puluhan tahun menyatukan segala perbedaan tersebut”.
Bersatu, adalah kata kunci ketika kita ingin menggapai cita-cita. Boedi Oetomo telah memberi contoh bagaimana dengan berkumpul dan berorganisasi tanpa melihat asal muasal primordial akhirnya bisa mendorong tumbuhnya semangat nasionalisme yang menjadi bahan bakar kemerdekaan.
Tema “Pembangunan Sumber Daya Manusia Memperkuat Pondasi Kebangkitan Nasional Indonesia Dalam Era Digital” dalam peringatan Hari Kebangkitan Nasional ini, harus dimaknai dengan upaya-upaya penyadaran setiap masyarakat Indonesia untuk mengembangkan diri dan merebut setiap peluang untuk meningkatkan kapasitas diri.
Tak sedikit anak muda kreatif yang telah mampu menakhlukan gelombang digitalisasi sengan cara mencari berkah di dalamnya. Internet, media social, situs web, layanan multimedia aplikasi ponsel, mereka jadikan ladang baru untuk berkarya, dan pasar yang menjanjikan bagi kreativitas.
Oleh karana itu, pemerintah berharap masyarakat secara bersama-sama menjauhkan dunia digital dari anasir-anasir pemecah belah dan konten-konten negative, agar anak-anak bangsa bebas untuk berkreasi, bersilaturahmi, berekspresi dan mendapatkan manfaat dari kemajuan tekhnologi tersebut. Tidak ada satu pihak pun yang lebih bertanggung jawab lebih besar daripada yang lain untuk hal ini.
“Dulu, kita bisa, dengan keterbatasan akses, pengetahuan dan informasi, dengan keterbatasan tekhnologi untuk berkomunikasi, berhimpun dan menyatukan pikiran untuk memperjuangkan kedaulatan bangsa. Seharusnya sekarang kita juga bisa, sepikul berdua, menjaga dunia yang serba digital ini agar menjadi wadah yang kondusif bagi perkembangan budi pekerti, yang seimbang dengan pengetahuan dan keterampilan generasi penerus kita,” pungkasnya. (atk)