PROKOPIM KUBU RAYA- 360 kader Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA) lulusan Akademi Paradigta Kubu Raya diwisuda hari ini, Selasa (13/12).
Bupati Kubu Raya Muda Mahendrawan mengatakan, perempuan-perempuan ini bisa membawa perubahan, bahkan mulai pondasinya. Dari rumah tangga, dari dusun, dari desa. Bupati Muda yakin para lulusan Akademi Paradigta ini akan membawa perubahan-perubahan besar.
“Kita yakin perubahan seperti itu akan punya kekuatan legitimasi yang cukup dan justru itulah yang akan membawa pada sebuah perubahan yang benar-benar bisa menebus zaman,” katanya pada saat memberikan sambutan pada acara Wisuda Akademi Paradigta di Aula Praja Utama Kantor Bupati Kubu Raya.
Muda menambahkan, perjalanan paradigta ini, tentulah melalui berbagai tantangan.
“Tapi saya salut, sekaligus bersyukur, berbahagia, karena perjalanan-perjalanan ini menunjukan bahwasanya ini adalah kebutuhan kita, kebutuhan semuanya,” katanya.
Muda menegaskan bahwasanya pemerintah hadir untuk mengurus rumah tangga. Agar masyarakat hidup layak, cukup gizi, cukup pangan, sehat, bisa bersosialisasi dan beribadah dengan baik, serta produktif dalam memberikan kontribusi.
"Inilah visi bahagia Kubu Raya, yang dikejar dalam Paradigta ini tentu juga sama arahnya, yaitu mengejar visi bahagia. Dimulai dari rumah tangga, di seluruh penjuru desa," ujar Bupati Muda.
Menurut Muda, rumah tangga ibarat jangkar, berada di posisi paling bawah, di tingkat tapak tapi mempengaruhi dan memperkuat.
"Nah, disinilah peran perempuan-perempuan ini. Gerakan-gerakan perempuan ini akan mempengaruhi dinamika. Seperti perempuan yang berdaya, perempuan yang bergerak, perempuan yang bisa berfikir visioner dan selalu hadir memberikan solusi. Ini sangat besar dampaknya terhadap rumah tangga," tegasnya.
Sementara Ketua Komite Pendidikan Nasional Akademi Paradigta Indonesia Nani Zulminarni mengatakan proses di Akademi Paradigta adalah langkah awal dan jendela pembuka bagi perempuan, keluarga, dan masyarakat. Khususnya untuk memahami pentingnya partisipasi perempuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
"Keaktifan perempuan di desa juga dipengaruhi bagaimana dukungan pemerintah desa dan masyarakat dalam menciptakan ruang yang aman dan nyaman bagi perempuan untuk berkarya. Tantangan ini harusnya diberikan dengan dukungan bagi mereka untuk meresponnya dengan maksimal. Bukan menarik dukungan yang telah diberikan," jelas Nani Zulminarni.
Nani menambahkan, perempuan sebagai kelompok yang paling rentan, marjinal dan banyak sistem terpinggirkan, harus diberikan kesempatan dan dukungan untuk memampukan dirinya menghadapi perubahan ini.
“Karena sebagian besar perempuan Indonesia adalah ibu bagi anak-anak generasi penerus masa depan bangsa. Mereka diberikan tanggung jawab dan beban berat, yaitu mempersiapkan anak-anak untuk menghadapi abad 21 yang tidak menentu dan belum diketahui bagaimana kondisinya nanti,” katanya.
Ditempat yang sama, Wakil Ketua DPRD Kubu Raya Suharso mengatakan, perempuan itu ada kesetaraan, tidak hanya eksekutif, tetapi juga legislatif.
“Saya sampaikan hari ini, ada sembilan orang perempuan yang duduk di DPRD, semoga kedepannya jauh lebih banyak. Perempuan hebat ini mampu menunjang ekonomi, bukan hanya ekonomi keluarga, bahkan ekonomi Kubu Raya,” katanya. (Syamsul)